Albert Einstein suatu
ketika pernah berkata, "Saya percaya kepada Tuhan yang telah menciptakan
Alam Semesta dan menentukan hukum-hukum yang mengatur perputarannya,
tapi saya tidak percaya bahwa Tuhan turut campur mengurusi kehidupan dan
nasib seseorang".
Pendapat Einstein tsb mewakili mereka
yang meyakini konsep "SELF DETERMINATION" yang dimiliki manusia.
Berdasarkan konsep ini, Tuhan sebatas menciptakan "aturan main" bagi
manusia dan membiarkan manusia dengan segala potensi mereka bermain
berdasarkan "aturan main" tsb. Jika ada yg melanggar "aturan main", maka
dia akan "dihukum sendiri" oleh pemain lain berdasarkan "aturan main",
bukan secara langsung oleh Tuhan. "Aturan main" itu adalah Hukum Alam
dan Hukum Kausalitas sementara "pemain lain" adalah segala isi alam
semesta termasuk manusia.
Contohnya begini: Tuhan
menetapkan hukum gravitasi. Jika ada manusia yang mencoba melawan hukum
tsb, misalnya dgn menjatuhkan diri dari gedung bertingkat, maka dia akan
dihukum pemain lain, yakni bumi, udara, dan unsur2 lain yg terlibat
dalam realisasi hukum gravitasi, berdasarkan hukum gravitasi itu sendiri
= "Setiap benda akan ditarik ke permukaan bumi dengan kecepatan yg
sebanding dgn massa yg dimiliki benda tsb dikurangi hambatan udara." Dan
BUM! orang yg melawan hukum gravitasi itupun terhempas ke bumi dan
mati. Jadi BUKAN TUHAN yg mematikan si orang malang tsb, tapi bumi
berdasarkan hukum gravitasi.
Paham ini kemudian berkembang
jauh hingga merambah pembahasan tentang azab dan ganjaran yg diterima
manusia setelah kematiannya. Bagi penganut paham SELF DETERMINATION yang
percaya kehidupan sesudah mati, ada hukum yg mengatur ruh sama seperti
hukum fisika yang mengatur alam semesta. Azab akan diterima ruh karena
perbuatan jahat pada dasarnya bertentangan dgn hukum ruhawi sama seperti
menjatuhkan diri dari gedung bertingkat berarti menantang hukum
gravitasi. Perbuatan baik adalah sesuai dgn hukum ruhawi sehingga
mendatangkan ganjaran kesenangan, sama seperti kalau makan orang akan
jadi kenyang.
Konsep "SELF DETERMINATION" sangat bertolak
belakang dgn konsep "PREDESTINATION". Berdasarkan konsep ini, segala
sesuatu yang menimpa manusia sampai hal-hal yg sekecil-kecilnya semuanya
telah ditentukan oleh Tuhan bahkan sebelum kelahirannya. Manusia adalah
boneka yang sekedar menjalankan apa2 yg telah digariskan oleh Sang
Dalang, yakni Tuhan yang Maha Kuasa. Kehidupan bak satu jalan tunggal
tanpa percabangan yang awal dan akhirnya serta segala hal yg ditemui di
sepanjang jalan telah ada sebelum jalan tersebut dilalui.
Konsep
PREDESTINATION meniadakan peran FREE WILL, kehendak bebas, dari
manusia. Hal ini agak kontradiktif mengingat penganut paham
PREDESTINATION umumnya adalah penganut agama yang mempercayai adanya
pahala dan dosa serta neraka dan sorga sebagai bentuk
pertanggung-jawaban manusia terhadap perbuatan mereka di dunia.
Kontradiktif karena tanpa adanya FREE WILL maka manusia tidak bisa
dikatakan bertanggung-jawab atas perbuatan mereka, manusia berbuat atau
tidak berbuat adalah karena telah digariskan oleh nasib mereka, bukan
karena mereka secara sadar memutuskannya.
Sebagai reaksi
atas paham SELF DETERMINATION dan PREDESTINATION, lahirlah sejumlah
paham lain, di antaranya adalah bahwa nasib manusia memang telah
ditentukan, namun manusia dapat berupaya mengubahnya, dan atas ijin
Tuhan maka upaya tersebut bisa berhasil, bisa pula tidak. Upaya manusia
dikendalikan oleh FREE WILL yang mereka miliki, jadi atas upaya tsb lah
dosa dan pahala ditetapkan oleh Tuhan, bukan atas hasil yg didapat dari
upaya karena hasil merupakan kehendak Tuhan sendiri. Sebagai contoh:
Seorang pembunuh berdosa bukan karena dia telah menyebabkan kematian
orang lain tetapi karena KEPUTUSAN yang telah diambil dan diupayakannya.
Kematian korban sendiri adalah kehendak Tuhan, tetapi keputusan dan
upaya membunuh merupakan kehendak dari si pembunuh sendiri.
Paham
di atas pun bukannya bebas dari pertanyaan, salah satunya adalah
MENGAPA TUHAN MEMBIARKAN SESEORANG MEMUTUSKAN DAN MELAKUKAN NIAT
JAHATNYA SEMENTARA UNTUK ORANG LAIN HAL ITU TIDAK DIBIARKAN TUHAN? Dalam
dunia hukum dikenal istilah GUILTY OF IGNORANCE, seseorang bersalah
karena membiarkan terjadinya suatu kejahatan padahal dia mengetahui dan
mampu mencegah terjadinya kejahatan tersebut. Jika saya memegang
senjata, berbadan kuat, dan terlatih berkelahi lalu suatu ketika saya
memergoki seorang pencuri yg tidak bersenjata dan berbadan kecil mencuri
TV tetangga tapi saya diam saja, maka pengadilan akan menjatuhkan
hukuman kepada saya karena GUILTY OF IGNORANCE.
Lalu ada
paham yang menyatakan bahwa Tuhan telah menetapkan satu SYSTEM OF
DESTINATION, suatu sistem nasib, untuk semua manusia. Bayangkan Anda
berjalan di suatu jalan yang penuh percabangan, dan di setiap cabang
juga penuh percabangan yang di setiap cabangnya lagi2 dipenuhi
percabangan, begitu seterusnya. Dari salah satu ujung cabang, seorang
manusia dilahirkan untuk kemudian menempuh perjalanan sesuai kehendak
dia sendiri. Dia bebas memilih cabang, dan untuk setiap pilihan ada
banyak konsekwensi yang harus dia pilih sendiri. Konsekwensi adalah
percabangan dari suatu cabang jalan yang dipilih. Begitu seterusnya
sehingga manusia sampai pada salah satu ujung lain dari sistem nasib
dimana dia menemui ajalnya. Atas setiap pilihan tersebutlah manusia akan
dinilai pahala dan dosanya. Peran Tuhan adalah menjaga integritas
sistem ini, jangan sampai satu cabang memiliki cabang yang tidak
kongruen, misalnya ketika seorang manusia memilih cabang "bunuh diri
dengan menjatuhkan diri dari gedung tingkat 20", jangan sampai diujung
cabang tersebut ada salah satu cabang "mendarat dengan sehat walafiat
dan bahagia".
Paham SYSTEM OF DESTINATION dalam satu sisi
mengakui FREE WILL manusia namun di sisi lain juga mengakui adanya NASIB
yang ditentukan terlebih dahulu oleh Tuhan. Hanya saja nasib tersebut
bak percabangan jalan yg di setiap cabangnya juga memiliki
percabangan.Di luar pendapat-pendapat di atas, masih ada pendapat kaum
atheist yg tidak mempercayai Tuhan dan tentu saja tidak percaya dengan
adanya kekuatan yg mengatur nasib manusia.
Sumber : Tumpukan notepad**
**LUPA ENTAH DARIMANA INI ARTIKEL**
No comments:
Post a Comment